KORESPONDEN INDONESIA – Hari itu, cuaca di desa Rawa Gede tampak mendung. Awan kelabu menggantung rendah, seolah menyimpan rahasia yang tidak ingin dibagikan. Fina, seorang gadis berusia 17 tahun, berjalan perlahan di sepanjang jalan setapak yang membelah sawah. Suara gemericik air dari parit di sebelahnya menjadi irama yang menemani langkahnya.
“Fina, kenapa kamu sendirian?” tanya Budi, teman sekelasnya yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
Fina tersenyum tipis. “Tidak ada yang bisa diajak bicara. Semua sibuk dengan urusan masing-masing,” jawabnya sambil mengamati secercah cahaya yang memantul dari permukaan air.
Budi mengangkat bahu. “Kalau begitu, ayo kita jalan-jalan ke hutan! Mungkin bisa menemukan sesuatu yang menarik.”
Dua Sahabat dan Perjalanan Menghadapi Bayangan
Setelah sedikit ragu, Fina mengangguk. Hutan kecil di tepi desa selalu menyimpan misteri. Mereka berdua melangkah cepat menuju pintu hutan, di mana sinar matahari hanya mampu menerobos sedikit di antara pepohonan yang rimbun.
Di dalam hutan, suasana berubah menjadi tenang. Hanya suara alam yang terdengar, dan sesekali suara burung yang berkicau. Fina dan Budi menjelajahi setiap sudut, mencari keindahan yang tersembunyi.
“Fina, lihat!” Budi menunjuk ke arah sebuah batu besar yang tertutup lumut. “Ini pasti sudah ada di sini bertahun-tahun.”
“Sepertinya ada sesuatu yang aneh di sekitar sini,” kata Fina, merasakan ada yang tidak biasa. Di balik batu, ada semacam gua kecil yang hampir tertutup oleh dedaunan.
“Eh, kita masuk saja, yuk!” ajak Budi dengan semangat.

















