Di ujung lorong, ia menemukan sebuah ruangan kecil yang terlihat lebih tertutup daripada yang lain. Ketika Budi masuk, matanya langsung tertuju pada sebuah meja kayu dengan tumpukan surat-surat tua. Surat-surat itu tampak sangat kuno, dengan tulisan tangan yang hampir sulit terbaca. “Ini pasti milik kakek,” pikir Budi.
Namun, yang paling mencuri perhatian Budi adalah sebuah kotak kayu kecil yang terletak di sudut meja. Kotak itu terlihat sangat tua, hampir seratus tahun usianya, dengan ukiran-ukiran rumit yang seolah menceritakan sebuah kisah. Budi merasa seolah kotak itu memanggilnya. Dengan hati-hati, ia membuka kotak tersebut. Apa yang ia temukan membuatnya terkejut.
Di dalam kotak itu ada sebuah buku kecil yang tampaknya sudah sangat usang. Buku itu dilapisi dengan kulit hitam yang kini tampak retak-retak. Ketika Budi membuka halaman pertama, ia menemukan nama-nama yang tidak ia kenal—nama-nama keluarga yang tidak pernah disebutkan oleh kakeknya. Di antara halaman-halaman tersebut, ada sebuah gambar hitam-putih dari sebuah rumah yang sangat mirip dengan rumah tempat Budi tinggal sekarang, tetapi jauh lebih besar dan lebih megah.
Budi mulai menyadari bahwa rumah ini, serta keluarganya, menyimpan sebuah rahasia besar yang sudah lama terlupakan.
Budi memutuskan untuk menggali lebih dalam lagi. Setiap halaman buku itu mengungkap lebih banyak informasi yang mengejutkan. Rahasia yang tersembunyi di balik pintu tua yang usang itu mulai terkuak satu per satu.***

















