KORESPONDEN INDONESIA – Malaysian Medical Relief Society (Mercy Malaysia), organisasi kemanusiaan asal Malaysia, memainkan peran besar dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh setelah bencana gempa dan tsunami pada 2004. Dalam kunjungan silaturrahminya ke Aceh, Pj Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA M.Si, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap kontribusi yang telah diberikan oleh Mercy Malaysia selama hampir dua dekade terakhir.
Dalam pertemuan yang berlangsung di ruang Meuligoe Gubernur Aceh pada Senin, 23 Desember 2024, Safrizal menyebutkan bahwa Malaysian Medical Relief Society adalah salah satu lembaga yang pertama kali tiba di Aceh setelah tsunami menghantam. “Pada 28 Desember 2004, Mercy Malaysia sudah hadir di Aceh. Mereka memfokuskan bantuan pada pengembangan sumber daya manusia, bukan hanya sekadar pembangunan fisik,” ungkap Safrizal.
Salah satu pencapaian besar Malaysian Medical Relief Society adalah pembangunan 16 proyek di Aceh dan tiga proyek di Nias. Proyek-proyek tersebut mencakup berbagai sektor, dari pendidikan hingga infrastruktur. Termasuk di dalamnya adalah pembangunan dua dayah (pesantren) yang menjadi bagian dari upaya rehabilitasi sosial dan pendidikan pascatsunami. Mercy Malaysia berkomitmen untuk tidak hanya membangun fisik, tetapi juga memberdayakan masyarakat Aceh melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Deputy Executive Director Mercy Malaysia, Mohd Hafiz bin Mohd Amrol, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menjelaskan bahwa fokus mereka adalah pada pengembangan kapasitas manusia. “Rekonstruksi gedung sekolah memang penting, tapi yang lebih penting adalah memastikan para siswa yang belajar di sana bisa memperoleh pendidikan yang berkualitas. Kami menitikberatkan pada pengembangan manusia,” katanya.
Hafiz juga mengungkapkan bahwa pada masa rehabilitasi pascatsunami, Mercy Malaysia banyak melakukan upaya untuk mendukung pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat, dengan harapan bisa meningkatkan ketahanan mereka dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.